Minggu, 15 Oktober 2023

Nilai-nilai Sufistik dalam Lagu “Satu” Dewa 19


Dewa 19 adalah group band legend di Indonesia. Karya nya sangat banyak diminati pada era 90an terutama di kalangan remaja. Karyanya abadi, seakan setiap karya yang dibuat penuh dengan ketulusan hati dan kesucian jiwa para personilnya.

Dari sekian banyak karya yang diciptakan. Lagu berjudul “satu”  karangan Ahmad Dhani adalah yang paling menarik bagi saya. Hal ini karena lagu berjudul satu ini serat akan nilai-nilai sufistik di dalamnya. Namun, pemaknaan sufistik ini agaknya sulit untuk didapat ketika seseorang belum memiliki pengetahuan sama sekali mengenai teologi maupun tasawuf. Pemaknaan yang muncul dalam pikiran seseorang yang kosong sama sekali dalam ajaran tasawuf, hanya akan memberikan makna cinta biasa terhadap lagu ini.

Bagi saya, penamaan judul “satu” pada lagu tersebut mengarah pada sebuah eksistensi yang satu, yakni Allah SWT. Karena setiap satu itu Tuhan dan setiap Tuhan itu satu. Tidak ada Tuhan selain Allah memberikan pemikiran logis sebagai berikut:

Setiap Tuhan itu Satu

Setiap Allah itu Tuhan

Jadi, Allah lah satu-satunya Tuhan.

Demikian pemikiran awal yang ingin diberikan dalam lagu tersebut. Selanjutnya lagu ini menjelaskan bahwa manusia adalah bagian dari Allah. Hal ini digambarkan dalam salah satu liriknya “Aku ini adalah dirimu”, dalam pemikiran Irfan Ibn Arabi, teks demikian disebut dengan Wahdatul Wujud, artinya semua wujud (selain Allah, seperti alam semesta dan manusia) adalah manifestasi, yang Wujud itu hanya Allah. (Bagir, 2022)

Hubungan antara wujud lain dengan Wujud Allah biasanya digambarkan melalui wajah dan cermin. Wajah itu satu namun cermin itu seribu, begitulah ucapan Ibn ‘Arabi. Namun, karena setiap cermin berbeda dalam posisi dan kualitasnya, maka setiap pantulan Wujud ke dalam setiap cerminnya juga berbeda, maka segala ciptaannya pasti memiliki perbedaan. (Kartanegara, 2006)

Selanjutnya, marilah kita kembali memaknai lagu dari Dewa 19 yang berjudul “satu” ini. Lagu ini juga mengajarkan ajaran dari Mansur Al Hallaj, yakni kefanaan dalam diri seseorang, yang ada hanyalah Allah SWT. dengan adagiumnya yakni Ana al-Haq, ajaran ini juga di ajarkan di Indonesia oleh Syekh Siti Jenar dengan nama Manunggaling Kawulo Gusti.

Tingkat fana ini -sejauh pemahaman saya- hanya akan dirasakan oleh orang yang sudah mengenal Allah. Namun, tidak semua yang mengenal Allah akan merasakan maqom fana ini. Para sufi di kalangan sunni umumnya menggunakan praktik sufistik untuk bisa sampai pada maqom fana, itupun jika sudah memahami dengan betul ilmu Tauhid dan juga ilmu Fiqih.

Kematangan tingkat fana ini di dapat melalui penyucian jiwa, seperti pembacaan terhadap suatu amalan tertentu dengan binaan seorang guru. Sebelum memasuki tingkat fana, seseorang terlebih dahulu diajarkan mengenai kebersihan hati. Dimulai dari tidak memakan dan meminum yang haram, sampai pada pembersihan penyakit hati seperti riya, ujub dan lain-lain.

Demikian dahsyat makna lagu ini. Para sufi martir seperti Al Hallaj dahulu sampai dihukum mati karena mengajarkan ajaran demikian kepada masyarakat umum. Ajaran demikian sebetulnya bisa diungkapkan di masyarakat umum, namun dengan menggunakan metode penyampaian rasional seperti yang dilakukan oleh Suhrawardi Al Maqtul, Imam Al Ghazali, begitupun Mulla Shadra.

Pelajaran yang dapat diambil dalam lagu ini adalah, sebagai manusia kita tidak sepatutnya sombong, karena seluruh yang kita miliki mulai dari panca indera, ruh dan bahkan jasad kita sendiri adalah pemberian dari Allah untuk dipergunakan pada aktivitas yang berorientasi kepada Allah itu sendiri, demikian hal ini adalah tujuan hidup seorang muslim yang beriman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Goodbye Instagram: A Soul's Journey to Allah That Was Paused

    Aku sepenuhnya sudah meyakini kebenaran bahwa hakikat diriku adalah jiwaku. Jiwaku ini yang tidak sempurna berasal dari Allah. Ini ada...