Dewa 19 adalah group band legend di Indonesia. Karya nya sangat banyak
diminati pada era 90an terutama di kalangan remaja. Karyanya abadi, seakan
setiap karya yang dibuat penuh dengan ketulusan hati dan kesucian jiwa para
personilnya.
Dari sekian banyak karya yang diciptakan. Lagu berjudul “satu” karangan Ahmad Dhani adalah yang paling
menarik bagi saya. Hal ini karena lagu berjudul satu ini serat akan nilai-nilai
sufistik di dalamnya. Namun, pemaknaan sufistik ini agaknya sulit untuk didapat
ketika seseorang belum memiliki pengetahuan sama sekali mengenai teologi maupun
tasawuf. Pemaknaan yang muncul dalam pikiran seseorang yang kosong sama sekali
dalam ajaran tasawuf, hanya akan memberikan makna cinta biasa terhadap lagu
ini.
Bagi saya, penamaan judul “satu” pada lagu tersebut mengarah pada sebuah
eksistensi yang satu, yakni Allah SWT. Karena setiap satu itu Tuhan dan setiap
Tuhan itu satu. Tidak ada Tuhan selain Allah memberikan pemikiran logis sebagai
berikut:
Setiap Tuhan itu Satu
Setiap Allah itu Tuhan
Jadi, Allah lah satu-satunya Tuhan.
Demikian pemikiran awal yang ingin diberikan dalam lagu tersebut. Selanjutnya
lagu ini menjelaskan bahwa manusia adalah bagian dari Allah. Hal ini
digambarkan dalam salah satu liriknya “Aku ini adalah dirimu”, dalam pemikiran
Irfan Ibn Arabi, teks demikian disebut dengan Wahdatul Wujud, artinya semua
wujud (selain Allah, seperti alam semesta dan manusia) adalah manifestasi, yang
Wujud itu hanya Allah.
Hubungan antara wujud lain dengan Wujud Allah biasanya digambarkan
melalui wajah dan cermin. Wajah itu satu namun cermin itu seribu, begitulah
ucapan Ibn ‘Arabi. Namun, karena setiap cermin berbeda dalam posisi dan
kualitasnya, maka setiap pantulan Wujud ke dalam setiap cerminnya juga berbeda,
maka segala ciptaannya pasti memiliki perbedaan.
Selanjutnya, marilah kita kembali memaknai lagu dari Dewa 19 yang
berjudul “satu” ini. Lagu ini juga mengajarkan ajaran dari Mansur Al Hallaj,
yakni kefanaan dalam diri seseorang, yang ada hanyalah Allah SWT. dengan
adagiumnya yakni Ana al-Haq, ajaran ini juga di ajarkan di Indonesia oleh Syekh
Siti Jenar dengan nama Manunggaling Kawulo Gusti.
Tingkat fana ini -sejauh pemahaman saya- hanya akan dirasakan oleh orang
yang sudah mengenal Allah. Namun, tidak semua yang mengenal Allah akan
merasakan maqom fana ini. Para sufi di kalangan sunni umumnya menggunakan
praktik sufistik untuk bisa sampai pada maqom fana, itupun jika sudah memahami
dengan betul ilmu Tauhid dan juga ilmu Fiqih.
Kematangan tingkat fana ini di dapat melalui penyucian jiwa, seperti
pembacaan terhadap suatu amalan tertentu dengan binaan seorang guru. Sebelum
memasuki tingkat fana, seseorang terlebih dahulu diajarkan mengenai kebersihan
hati. Dimulai dari tidak memakan dan meminum yang haram, sampai pada
pembersihan penyakit hati seperti riya, ujub dan lain-lain.
Demikian dahsyat makna lagu ini. Para sufi martir seperti Al Hallaj
dahulu sampai dihukum mati karena mengajarkan ajaran demikian kepada masyarakat
umum. Ajaran demikian sebetulnya bisa diungkapkan di masyarakat umum, namun
dengan menggunakan metode penyampaian rasional seperti yang dilakukan oleh
Suhrawardi Al Maqtul, Imam Al Ghazali, begitupun Mulla Shadra.
Pelajaran yang dapat diambil dalam lagu ini adalah, sebagai manusia kita
tidak sepatutnya sombong, karena seluruh yang kita miliki mulai dari panca
indera, ruh dan bahkan jasad kita sendiri adalah pemberian dari Allah untuk
dipergunakan pada aktivitas yang berorientasi kepada Allah itu sendiri,
demikian hal ini adalah tujuan hidup seorang muslim yang beriman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar