Kamis, 10 Agustus 2023

Tidur dan Implikasinya: Tentang Keistimewaan dan Kebahagiaan Mental

Aku sering tanya pada setiap murid dikelas, pertanyaan ku cukup sederhana dan tentu saja pertanyaan tersebut adalah hal yang dekat dengan mereka, walau demikian, pertanyaan itu hampir tidak pernah dijumpai, pertanyaan itu adalah “apa hal yang membuatmu bahagia ? dan apa alasannya ?”

Begitulah aku memulai sebuah obrolan ringan disetiap kelas yang ada di SMK Kebangsaan, semua anak mendeskripsikan penjelasannya dengan bahasa sehari-hari yang sangat kekinian, bahasa-bahasa gaul seperti nongki pun paling sering dikatakan oleh mereka. Selanjutnya adalah uang, hampir semua kelas mengatakan bahwa uang adalah hal paling prinsipil dalam menjalani hidup di dunia ini, tanpa uang maka asam bibir tak akan hilang oleh rokok, tanpa uang, tenggorokan masam tak akan sirna oleh kopi.

Walau demikian, tidak jarang di setiap kelas itu merasa bingung dengan pertanyaan tersebut, tentu saja sangat beragam kebingungan yang ada, seperti tidak mampu memilih kata, tidak berani mengatakan, tidak tahu hal apa yang membuatnya bahagia, atau sekedar cengengesan, dan hal ini semua adalah wajar, mengingat aku mengajar di Indonesia, sebuah negeri dengan beragam perspektif, seperti persepektif pemersatu bangsa, misalnya.

Oh iya, mengenai kebahagiaan sensual dan mental, mudahnya dapat dipahami sebagai kebahagiaan yang diperoleh melalui panca Indera, akan tetapi keduanya memiliki perbedaan. Kebahagiaan sensual adalah kebahagiaan yang dapat dikonsumi, seperti makan dan minum, adapun kebahagiaan mental adalah kebahagiaan yang tidak dapat dikonsumsi, seperti healing, tidur, atau ketemu si doi, kalo ada.

Nah, dari data yang aku peroleh, agaknya aku harus dapat menerapkan hal itu kepada mereka, sehingga pembelajaran akan terasa menyenangkan, aku bahkan membolehkan mereka tidur pada saat mata pelajaranku, karena pada dasarnya tidur adalah nikmat, tidak sedikit orang yang mengalami susah tidur, bahkan Sebagian orang tertentu baru dapat tidur ketika meminum obat tidur.

“Assalamualaikum” Ucapku membuka kelas

“Walaikumslaam” Gemuruh siswa menjawab salamku

“Sudah makan dan minum hari ini ?”

“Sudah pak”

“Ngantuk ?”

“Iyaaaaa paaaaakk”

“Baik, silahkan yang ngantuk boleh tidur”

“Yessssss, I love u bapak” Ucap salah satu siswa tercantik dibeberapa kelas sembari memberikan symbol love kepadaku

Begitulah kira-kira gambaran kelasku, aku melakukannya karena beberapa alasan, seperti jam istirahat yang kurang, sehingga aku selalu menerapkan apa yang dikatakan oleh seorang guru asal Australia yang mengajar di Finlandia, Timothy Walker. Dalam setiap kelasnya, Timothy selalu melakukan break selama 15 menit setelah 45 menit belajar, namun agaknya aku berbeda dengan Timothy, aku bahkan mempersilahkan mereka tidur sejak awal aku membuka kelas, hal ini aku lakukan mengingat tidak semua guru memiliki metode mengajar yang sama sepertiku.

Adapun bila ada yang bertanya, mengapa kamu membolehkannya tidur ? hal ini pun disampaikan oleh Timothy dalam salah satu buku -yang tidak sengaja selesai ditulisnya, Timothy mengatakan bahwa kebahagiaan adalah salah satu faktor pendukung kesuksesan dalam pembelajaran, maka aku melakukannya.

Sudahkah mengerti ?

Nah, sederhananya begini, mereka itu mulai masuk ke dalam kelas sejak pukul 6.45 untuk melaksanakan pembiasaan asmaul husna, kemudian dilanjutkan dengan KBM sejak pukul 7 hingga 10, kemudian istirahat selama 20 menit, kegiatan kemudian dilanjutkan dari 10.20 hingga 12.00, jam 12.00 mereka di istirahatkan untuk sembahyang selama 30 menit, kemudian KBM dilanjutkan kembali dari 12.30 hingga jam 15.15.

Aku sangat meyakini bahwa seseorang yang belajar di dalam kelas tanpa membawa secarik pemikiran pun di dalam kelasnya akan merasa bosan dalam belajar, ketika mereka bosan, mereka akan mengobrol, dan obrolan mereka akan menganggu orang lain yang memang menyukai pembelajaran, maka untuk menangani hal tersebut, mereka yang bosan sebaiknya diistirahatkan saja, dengan cara mempersilahkannya untuk tidur.

Tidur termasuk ke dalam kebahagiaan dan bentuk meninggalkan maksiat, daripada mereka sadar tapi mengganggu orang lain, atau lebih parah lagi dikhawatirkan mereka melakukan ghibah atau fitnah, mereka lebih baik tidur, dan inilah pilihanku dalam mengajar.

Sebagai akhirnya, tentu saja aku tidak ingin mereka datang sia-sia ke sekolah, apalagi sia-sia dalam belajar agama Islam. Dalam kontrak belajar ku yang juga sudah mereka sepakati dituliskan bahwa sebelum kelas dimulai dan setelah dibuka oleh guru, seluruh yang berada di kelas, baik siswa maupun aku sebagai gurunya harus membaca lima surat pendek atau sepuluh ayat surat panjang, dengan demikian, sekalipun ilmu tidak mereka dapatkan, namun bentuk sebuah ibadah paling utama di kalangan umat nabi telah dilaksanakan, dalam hal ini aku teringat salah satu hadits nabi yang dikutip oleh Imam Zarnuji dalam kitab Ta’lim al-Muta’allim, begini haditsnya:

“Amal yang paling utama di kalangan umatku adalah membaca al-Qur’an sembari melihatnya” 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Goodbye Instagram: A Soul's Journey to Allah That Was Paused

    Aku sepenuhnya sudah meyakini kebenaran bahwa hakikat diriku adalah jiwaku. Jiwaku ini yang tidak sempurna berasal dari Allah. Ini ada...