Aku sering tanya pada setiap murid dikelas,
pertanyaan ku cukup sederhana dan tentu saja pertanyaan tersebut adalah hal
yang dekat dengan mereka, walau demikian, pertanyaan itu hampir tidak pernah dijumpai,
pertanyaan itu adalah “apa hal yang membuatmu bahagia ? dan apa alasannya ?”
Begitulah aku memulai sebuah obrolan ringan
disetiap kelas yang ada di SMK Kebangsaan, semua anak mendeskripsikan
penjelasannya dengan bahasa sehari-hari yang sangat kekinian, bahasa-bahasa
gaul seperti nongki pun paling sering dikatakan oleh mereka. Selanjutnya adalah
uang, hampir semua kelas mengatakan bahwa uang adalah hal paling prinsipil
dalam menjalani hidup di dunia ini, tanpa uang maka asam bibir tak akan hilang
oleh rokok, tanpa uang, tenggorokan masam tak akan sirna oleh kopi.
Walau demikian, tidak jarang di setiap
kelas itu merasa bingung dengan pertanyaan tersebut, tentu saja sangat beragam
kebingungan yang ada, seperti tidak mampu memilih kata, tidak berani mengatakan,
tidak tahu hal apa yang membuatnya bahagia, atau sekedar cengengesan, dan hal
ini semua adalah wajar, mengingat aku mengajar di Indonesia, sebuah negeri
dengan beragam perspektif, seperti persepektif pemersatu bangsa, misalnya.
Oh iya, mengenai kebahagiaan sensual dan
mental, mudahnya dapat dipahami sebagai kebahagiaan yang diperoleh melalui
panca Indera, akan tetapi keduanya memiliki perbedaan. Kebahagiaan sensual
adalah kebahagiaan yang dapat dikonsumi, seperti makan dan minum, adapun
kebahagiaan mental adalah kebahagiaan yang tidak dapat dikonsumsi, seperti healing,
tidur, atau ketemu si doi, kalo ada.
Nah, dari data yang aku peroleh, agaknya
aku harus dapat menerapkan hal itu kepada mereka, sehingga pembelajaran akan
terasa menyenangkan, aku bahkan membolehkan mereka tidur pada saat mata
pelajaranku, karena pada dasarnya tidur adalah nikmat, tidak sedikit orang yang
mengalami susah tidur, bahkan Sebagian orang tertentu baru dapat tidur ketika
meminum obat tidur.
“Assalamualaikum” Ucapku membuka kelas
“Walaikumslaam” Gemuruh siswa menjawab
salamku
“Sudah makan dan minum hari ini ?”
“Sudah pak”
“Ngantuk ?”
“Iyaaaaa paaaaakk”
“Baik, silahkan yang ngantuk boleh tidur”
“Yessssss, I love u bapak” Ucap salah satu
siswa tercantik dibeberapa kelas sembari memberikan symbol love kepadaku
Begitulah kira-kira gambaran kelasku, aku
melakukannya karena beberapa alasan, seperti jam istirahat yang kurang, sehingga
aku selalu menerapkan apa yang dikatakan oleh seorang guru asal Australia yang
mengajar di Finlandia, Timothy Walker. Dalam setiap kelasnya, Timothy selalu
melakukan break selama 15 menit setelah 45 menit belajar, namun agaknya
aku berbeda dengan Timothy, aku bahkan mempersilahkan mereka tidur sejak awal
aku membuka kelas, hal ini aku lakukan mengingat tidak semua guru memiliki
metode mengajar yang sama sepertiku.
Adapun bila ada yang bertanya, mengapa kamu
membolehkannya tidur ? hal ini pun disampaikan oleh Timothy dalam salah satu
buku -yang tidak sengaja selesai ditulisnya, Timothy mengatakan bahwa
kebahagiaan adalah salah satu faktor pendukung kesuksesan dalam pembelajaran,
maka aku melakukannya.
Sudahkah mengerti ?
Nah, sederhananya begini, mereka itu mulai
masuk ke dalam kelas sejak pukul 6.45 untuk melaksanakan pembiasaan asmaul
husna, kemudian dilanjutkan dengan KBM sejak pukul 7 hingga 10, kemudian
istirahat selama 20 menit, kegiatan kemudian dilanjutkan dari 10.20 hingga
12.00, jam 12.00 mereka di istirahatkan untuk sembahyang selama 30 menit,
kemudian KBM dilanjutkan kembali dari 12.30 hingga jam 15.15.
Aku sangat meyakini bahwa seseorang yang
belajar di dalam kelas tanpa membawa secarik pemikiran pun di dalam kelasnya
akan merasa bosan dalam belajar, ketika mereka bosan, mereka akan mengobrol,
dan obrolan mereka akan menganggu orang lain yang memang menyukai pembelajaran,
maka untuk menangani hal tersebut, mereka yang bosan sebaiknya diistirahatkan
saja, dengan cara mempersilahkannya untuk tidur.
Tidur termasuk ke dalam kebahagiaan dan
bentuk meninggalkan maksiat, daripada mereka sadar tapi mengganggu orang lain,
atau lebih parah lagi dikhawatirkan mereka melakukan ghibah atau fitnah, mereka
lebih baik tidur, dan inilah pilihanku dalam mengajar.
Sebagai akhirnya, tentu saja aku tidak
ingin mereka datang sia-sia ke sekolah, apalagi sia-sia dalam belajar agama
Islam. Dalam kontrak belajar ku yang juga sudah mereka sepakati dituliskan
bahwa sebelum kelas dimulai dan setelah dibuka oleh guru, seluruh yang berada
di kelas, baik siswa maupun aku sebagai gurunya harus membaca lima surat pendek
atau sepuluh ayat surat panjang, dengan demikian, sekalipun ilmu tidak mereka
dapatkan, namun bentuk sebuah ibadah paling utama di kalangan umat nabi telah
dilaksanakan, dalam hal ini aku teringat salah satu hadits nabi yang dikutip
oleh Imam Zarnuji dalam kitab Ta’lim al-Muta’allim, begini haditsnya:
“Amal yang paling utama di kalangan umatku adalah membaca al-Qur’an sembari melihatnya”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar