Sabtu, 23 Maret 2024

Yang Datang Atas Takdir




Pengap, aku sendiri. Matahari pun tak masuk kesini, dimana kamu, Nona? Sepi sangat disini, udara hanya sedikit yang masuk, desir suara semut yang sedang memakan gula sampai terdengar, sunyi sekali, hingga aku merasa khawatir tak lagi bisa bertemu denganmu. Tapi untuk apa aku khawatir? Bukan Nona itu tujuan hidupku. Tapi, disini memang sepi.

Kepalaku rasanya mau pecah, tak ada barang satu pun telinga disini yang mau mendengar ocehan tololku. Apakah itu baik-baik saja? Atau malah berbahaya. Rasanya kepalaku perlu dibawa bertasbih kepada Tuhan agar tenang, dan perasaan-perasaan negatif itu pun menjadi hilang. Tak perlu lah yang seperti itu terkenang.

Perempuan yang aku panggil Nona itu datang, atas takdir.

Bersama, atas takdir

Berpisah, atas takdir

Tapi lebih ingin bersama daripada berpisah, bukan begitu, Nona?

Tidak bersama juga tidak apa-apa, asal kamu masih ada, sudah bikin aku senang.

Tapi bukannya lebih menyenangkan jika bersama?

Akan ku bawa ke tanah kelahiranku, tanah yang hari-harinya selalu dimandikan air hujan. Bogor adalah Kota Hujan, kata orang-orang. Menarik sepertinya jika kita berdua memasak di dapur itu, aku juga bisa masak kok, kataku nanti kepadamu, Nona.

Masa iya begitu? Memangnya bisa? Kenapa harus tidak bisa? Untuk apa ada berdoa? Untuk apa Tuhan Maha Kuasa? Ini masih dalam koridor potensial untuk bisa berhasil kok, Jika mustahil, maka tinggalkan, karena Tuhan pun mustahil akan mengabulkan doa yang mustahil, seperti mustahilnya seorang miskin yang meminta agar memiliki emas 100 gram dalam sehari. Ini mustahil, bahkan tolol.

Entah sedang berpikir apa perempuan itu, mungkin saja dia belum makan, perlukah aku mengingatkannya? Lagi pula, siapa perempuan ini? Apakah spesial? Tapi, sepertinya biasa saja, hehehe, Bodoh.

Sehat-sehat, untuk dirimu, Nona yang namanya sedang aku kompromikan dengan Tuhan. Itu saja, Nona. Aku harap, segera bertemu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Goodbye Instagram: A Soul's Journey to Allah That Was Paused

    Aku sepenuhnya sudah meyakini kebenaran bahwa hakikat diriku adalah jiwaku. Jiwaku ini yang tidak sempurna berasal dari Allah. Ini ada...