‘Puas kau
curangi aku ? bagaimana dengan aku ? terlanjur mencintaimu !, yang datang beri
harapan, lalu pergi dan menghilang’, tiba-tiba listrik mati dan menghentikan
lagu sial Mahalini yang di dengar oleh Comte, tak berselang lama, Comte
kemudian menangis sambil menyeka air mata dia berkata:
“Jika saya
membenarkan bahwa satu-satunya kebenaran bukan hanya yang terindera,
niscaya Mahalini tidak akan menjatuhkan banyak air mata, duhai betapa bodohnya orang-orang
yang memaknai lagu ini dengan membatasi konteksnya hanya pada kekasih, padahal
yang datang dan menghilang tidak hanya itu, harta, jabatan dan kesenangan dunia
lainnya pun demikian”.
Ketika air
matanya kering, Comte terbangun kemudian menyadari bahwa ternyata, banyak orang
yang telah terpengaruh olehnya, pada saat itu pula dia meminta izin kepada
entah siapa, untuk keluar rumah hanya sekedar merevisi tesis dan
karya-karyanya, namun permohonan itu ditolak.
Tesisnya itu
kemudian terus menjadi bahan diskusi yang menarik perhatian para sarjana,
termasuk para ekonom, tesis Comte berkembang menjadi sebuah aliran
konsumtivisme yang secara tidak disadari tengah dianut oleh kebanyakan
masyarakat pada masa kini, hal ini disampaikan oleh Rostow dan Baudrillard.
Bahkan, lebih jauh Baudrillard menilai bahwa, orang-orang yang membenarkan
bahwa satu-satunya kebenaran adalah sesuatu yang terindera, adalah orang-orang
bodoh, orang-orang semacam ini, kata Baudrillard, mungkin saja tidak pernah
paham konsep mengenai angka.
Seiring
berjalannya waktu, tesis Comte itu dipergunakan oleh elit politik internasional
untuk menghancurkan sebuah peradaban luhur, dengan memasuki ruang-ruang
kehidupan yang real, yang terindera, hingga pada tataran tertentu dapat
melalaikan manusia dari mengenal dirinya sendiri, padahal, ada seorang pemikir
barat -yang beragama islam- bernama Ibn Thufayl yang mengatakan:
“Agar dapat
menjalani hidup dengan benar, seseorang harus mengetahui bagaimana ‘wujud’nya
diciptakan, dan posisinya di alam semesta”.
Comte
kembali menangis ketika melihat seorang gadis bernama Analisa yang sedang asyik
membaca karya-karyanya, setelah menghabiskan beberapa buku, Analisa sampai pada
sebuah kesimpulan, ia berkata:
“Jika memang
demikian, ini juga berarti, kebahagiaan yang hakiki hanya terdapat pada hal-hal
inderawi, baiklah saya akan mengamalkannya, hitung-hitung untuk membuktikan
teori ini, apabila benar, saya akan mempromosikannya pada seluruh alam semesta,
termasuk pada rumput yang bergoyang dan semut yang selalu menjaga tradisi
bersalaman”.
Setelah itu,
Analisa pergi ke restoran mewah dan memesan menu utama, setelah kekenyangan, ia
melirik ke kiri dan ke kanan, ternyata disana terdapat restoran megah, akhirnya
ia memutuskan untuk membeli makan kembali dan memesan menu utamanya, namun naas
ia malah muntah dan merasakan pusing yang sangat hebat, dalam hati ia berkata:
“Makan di
restoran mewah memang membuat saya senang, tapi ternyata ini terbatas dan sementara”.
Nampaknya
Analisa adalah gadis bermental baja, rasa penasarannya bak anak kecil,
keingintahuannya sangat besar, hingga kejadian serupa kembali terulang saat ia
hendak berjalan-jalan naik gunung, saat berada di puncak gunung A, ia melihat
puncak gunung B, saat itu pula ia memutuskan untuk segera turun dan menaiki
gunung B, saat naik ke gunung b, naas ia pingsan karena kelelahan, dalam hati
ia berkata:
“Berada di
satu puncak gunung ternyata tidak membuatku puas, namun apalah daya fisik ku
yang terbatas”.
Karena
penasaran terhadap teori Comte, Analisa melanjutkan petualangan intelektualnya,
untuk membuktikan bahwa kebahagiaan hakiki hanya dapat diperoleh melalui
hal-hal inderawi, dan bahwa Comte itu benar, serta positivisme adalah kebenaran
mutlak. Analisa kemudian mencoba kesenangan inderawi lainnya, ia menggunakan
narkoba, obat-obatan terlarang, mabuk-mabukan, berzinah, berjudi dan jenis
aktifitas kebahagiaan inderawi lainnya, namun semuanya tetap berakhir atas nama
penyesalan, hal ini, tak lain sebab ke-sementaraan dan keterbatasan adalah
sifat utama yang melekat pada objek-objek inderawi.
Atas hal
tersebut, Analisa akhirnya dilarikan ke rumah sakit jiwa karena sering mengigau
seraya berkata:
“TEOLOGIS,
METAFISIK, SAINTIFIK” dengan suara yang sangat keras.
Pada saat di
rumah sakit jiwa, Analisa ditemani oleh seorang perawat yang selalu menyediakan
air minum sebab ketak-hentian Analisa untuk terus mengulang tiga kata tersebut,
perawat itu bernama Hypatia, ia adalah perawat baru.
Rumah sakit
jiwa itu berada disebelah Sekolah Tinggi Pemikiran Islam (STPI), kamar Analisa
yang hanya terhalang tembok, berjarak 10 meter dari auditorium kampus tersebut,
sehingga pada suatu hari Hypatia merasa jengkel
“Ngomongin
apaan sih itu ? ga ada manfaat praktisnya ! hidup mah yang saintifik-saintifik
aja !”
Mendengar
kalimat tersebut, Analisa kemudian diam dan langsung melihat Hypatia dengan
tatapan kosong, Hypatia kebingungan hingga langsung memanggil dokter.
“Apa kalimat
terakhir yang kau ucapkan Hypatia ?” tanya dokter
“Saya
mengatakan, hidup mah yang saintifik-saintifik aja”
“Kenapa kau
mengatakan hal tersebut ?”
“Sebab saya
merasa terganggu dan muak dengan seseorang yang tengah menyampaikan kuliah di Sekolah
Tinggi Pemikiran Islam itu !” jawab tegas dari Hypatia.
Dokter yang
kebingungan kemudian diam sejenak, lalu kembali bertanya:
“Apakah ada
kata selain itu ? lalu mengapa kau mengeluarkan kata saintifik dari mulutmu ?
Dengan mulut
yang agak sinis, Hypatia menjawab:
“Sebab, saya
mendengar mereka sedang mengkaji salah satu pemikiran filosof bernama August
Comte”
“TEOLOGIS,
METAFISIK, SAINTIFIK” Teriak kencang Analisa sembari mengulang-ulang kata
tersebut.
Dengan
tenang, dokter itu kemudian menatap si perawat, lalu sambil mengangguk dia
berkata:
“Saya pikir,
orang ini mengalami gangguan mental sebab suatu bacaan, kemungkinan dia membaca
pikiran August Comte, saya belum pernah menemukan pasien seperti ini, dan saya
tidak tahu apa nama penyakitnya, mungkin, untuk memudahkan, saya akan menamakan
penyakit ini sebagai mabuk positivisme”,
Setelah
berdialog dengan benaknya sendiri, dokter itu langsung keluar ruangan dan
berkata kepada Hypatia
“Jaga gadis
ini, saya akan pergi ke sekolah itu untuk menanyakan dosen yang mengisi materi
di auditorium dekat kamar ini”,
Dokter ini
masih sangat muda, dia bernama Galen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar