Selasa, 09 Mei 2023

Konsumsi dan Status Sosial: Gelengan Ekonomi Politik Jean Baudrillard


Konsumsi merupakan kegiatan setiap manusia, kegiatan tersebut selain bersifat individual, juga sekaligus bersifat sosial, tidak mungkin manusia melakukan aktivitas konsumsi secara individual mutlak. Konsumsi pada umumnya dilakukan karena kebutuhan manusia, baik primer maupun sekunder, namun bagaimana jika konsumsi dilakukan karena keinginan, bahkan karena kepentingan status sosial ?

Seorang post-ststrukturalis Perancis, Jean Baudrillard membahas isu ini secara serius dan agak menggelitik dalam bukunya yang berjudul “La societe de consummation”, pembacaan Baudrillard terhadap masyarakat konsumsi memang agak rumit, karena konsumsi dalam pemikiran Baudrillard telah tercampur dengan politik, dan ideologi.

Bagi Baudrillard, semua hal adalah aktivitas konsumsi, semua hal yang dimaksud olehnya adalah gambar, tanda dan pesan, sehingga apapun yang mengandung tiga hal tersebut adalah konsumsi. Konsumsi sendiri sebagai aktivitas ekonomi mengalami dua kendala pada dua level, yang pertama adalah analisis struktural dimana konsumsi dikekang oleh kendala pemaknaan. Kedua adalah level analisis sosio-eko-politis, dimana sejumlah kendala produksi berlangsung.

Wacana Masyarakat Konsumsi

Walt Withman Rostow seorang ekonom modern menyatakan bahwa era modern adalah era masyarakat konsumsi tingkat tinggi, hal ini adalah sebuah keniscayaan dari lima tahap pembangunan ekonomi dunia yaitu tahap masyarakat tradisional, tahap pra-lepas landas, tahap lepas landas, tahap kedewasaan, dan pada akhirnya tahap masyarakat konsumsi tingkat tinggi. (Rostow 1960)

Pembacaan terhadap masyarakat konsumsi tingkat tinggi dapat dilihat pada tahap kedua, karena pada tahapan kedua, menurut Rostow, masyarakat dunia sedang menerima doktrin masal mengenai polarisasi aktivitas ekonomi, pemahaman ekonomi pada saat itu menekankan bahwa kegiatan ekonomi tidak hanya untuk kepentingan pribadi, melainkan kepentingan generasi mendatang. Dengan demikiran, hal tersebut menjadi ide awal hadirnya teori investasi dan tabungan, dengan adanya investasi, adalah hal yang memungkinkan bagi masyarakat untuk mendapatkan uang lebih guna melakukan investasi lebih. (Rostow 1960)

Kecenderungan masyarakat untuk melakukan konsumsi tinggi, pada gilirannya mendapat sebuah kerugian dari pihak produksi, kerugian-kerugian ini terus dirasakan oleh konsumen hingga akhirnya pada tahun 1962, lahirlah sebuah aliran konsumerisme yang ditandai dengan adanya sebuah pidato dari presiden Amerika yakni J.F. Kennedy. Konsumerisme merupakan sebuah gerakan untuk melindungi konsumen. (Armawi 2007)

Pada beberapa dasawarsa lamanya, konsumerisme di era ini justru berubah nada menjadi negatif, hal tersebut adalah akibat dari kapitalisme modern yang memegang sistem ekonomi dunia, tentu saja perlu diakui bahwa kapitalisme modern lahir dari masyarakat konsumsi tingkat tinggi, sebagaimana dinyatakan dalam logika konsumsi Baudrillard yang menyatakan “produksi hadir atas konsumsi”. Maka konsumsi pada taraf ini sudah berkaitan dengan sistem sosial yang pada akhirnya menunjukkan diri dalam status sosial masyarakat. (Armawi 2007)

Dengan logika konsumsi tersebut, maka perilaku konsumsi masyarakat di era ini cenderung boros, suatu barang tidak dinilai berdasarkan kebutuhannya melainkan keinginannya. Perilaku boros ini kemudian semakin berkecamuk di masyarakat dengan tampilnya media sebagai alat kapitalis yang memuat kepentingan dari segelintir orang yang memegang sistem ekonomi dunia.

Maka dua hal besar yang patut diperhatikan disini adalah, sistem kapitalis dan masyarakat konsumsi, namun Baudrillard dalam bukunya La Societe de Consommation cenderung lebih banyak menggambarkan konsumsi dan status sosial, hal ini menurut penulis juga dilatar belakangi dengan corak pemikiran Baudrillard yang postmodernis dan strukturalis.

Konsumsi dan Status Sosial

Pemahaman yang sangat umum bagi kita jika mengatakan bahwa manusia merupakan makhluk sosial, bukti empirisnya sudah dapat dipastikan sejak fase kelahiran manusia sebagai seorang bayi. Pada saat bayi, manusia sudah langsung membutuhkan pertolongan dari orang lain -yaitu ibunya- untuk dapat selamat saat dilahirkan, setelah lahir, bayi juga membutuhkan susu dari sang ibu. Hal ini membuktikan bahwa konsumsi sekaligus interaksi sosial adalah hal yang nature bagi manusia. Dalam analogi tersebut juga dapat dipahami bahwa tujuan utama konsumsi adalah memenuhi kebutuhan bukan untuk status sosial.

Menurutku, wacana mengenai konsumsi dan status sosial harus dikembalikan kepada tataran ide atau pengetahuan, jika mengutip pendapat Murtadha Muthahari, tindakan adalah hal yang lahir dari ideologi, ideologi lahir dari pandangan dunia, dan pandangan dunia lahir dari pengetahuan, karena itu pengetahuan seseorang akan mempengaruhi tindakannya. (Muthahari 2019)

Berdasarkan proposisi posibilitas pengetahuan tersebut, dalam konteks konsumsi dan status sosial, Baudrillard -menurut George Ritzer- adalah seorang ekonom postmodernis yang mencoba menggali hal itu dari dimensi yang paling mengakar, dengan konstruksi ide semacam itu, menurutku, adalah hal yang menarik untuk membaca ulang pemikirannya mengenai masyarakat konsumsi dalam karyanya yang berjudul La societe de consummation.

Menurut Baudrillard, segala sesuatu adalah objek konsumsi, karena itu konsumsi merupakan sebuah nilai bagi manusia. Konsumsi modern dibungkus dengan busana “suasana”, sehingga memungkinkan pula untuk konsumen membeli produk yang tidak dibutuhkan, keindahan kemasan adalah kunci keberuntungannya. (Baudrillard 2018)

Kebutuhan, keinginan dan suasana telah tercampur, sehingga melahirkan istilah baru yang disebut drugstore. Drugstore ini pada gilirannya tidak hanya ada di mall-mall besar, melainkan berupa angkringan, dan lain-lain. Keindahan suasana ini menurut Baudrillard dapat menjadikan seseorang pada akhirnya akan membeli sesuatu yang sebenarnya tidak dibutuhkannya. (Baudrillard 2018)

Selain suasana, konsumsi juga dikaitkan erat dengan media, media ini kemudian akan mempengaruhi aspek psikologis seseorang untuk melakukan konsumsi yang bahkan tidak ada nilai kebutuhannya, platformnya sangat beragam, mulai dari platform yang khusus untuk melakukan aktivitas konsumsi seperti tokopedia, shopee dan lain-lain sampai platform yang kegunaan hakikinya adalah untuk interaksi sosial, seperti facebook, instagram dan lain-lain.

Platform tersebut menurut Baudrillard pada akhirnya telah tercampur dengan kepentingan politik segelintir orang, sehingga efek yang dirasakan akan sangat dahsyat, bahkan pada taraf tertentu mampu memberikan fantasi kepada masyarakat. Dua hal ini, yakni suasana dan konsumsi, sasaran awalnya adalah individu, karena memang ciri masyarakat konsumsi menurut Baudrillard adalah individual. (Baudrillard 2018)

Adanya pengaruh aspek politik dan psikologis tersebut, pada gilirannya akan menghantarkan asumsi masyarakat kepada konsumsi praktis, yakni aktivitas konsumsi berdasarkan rasa ingin tahu. Inilah hal yang juga menunjang bahwa konsumsi dilakukan untuk menggapai status dan berakhir pada diferensiasi sosial. (Baudrillard 2018)

Konsumsi tingkat tinggi merupakan cita-cita masyarakat konsumsi, dalil yang mereka gunakan adalah dalil kebahagiaan, padahal aktivitas konsumsi yang dilakukan cenderung berdasarkan asas ignorance terhadap objek konsumsi tersebut.

Kesimpulannya, konsumsi adalah nilai, konsumsi modern yang telah tercampur aduk dengan politik dan ideologi pada akhirnya akan mempengaruhi status sosial, seseorang tidak lagi akan dinilai sebagai orang miskin atau orang kaya dari sisi lain selain sisi konsumsi, tidak peduli masyarakat desa atau kota, karyawan atau pejabat, ia akan menjadi kaya jika melakukan aktivitas konsumsi yang tinggi, dan akan dinilai miskin jika aktvitas ekonominya rendah. Era modern merupakan era masyarakat konsumsi tingkat tinggi, karena itu aktivitas konsumsi bergeser nilainya, bukan lagi sebagai pemenuhan kebutuhan, melainkan sebagai gaya hidup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Goodbye Instagram: A Soul's Journey to Allah That Was Paused

    Aku sepenuhnya sudah meyakini kebenaran bahwa hakikat diriku adalah jiwaku. Jiwaku ini yang tidak sempurna berasal dari Allah. Ini ada...