Konsumsi merupakan kegiatan setiap manusia, kegiatan tersebut selain
bersifat individual, juga sekaligus bersifat sosial, tidak mungkin manusia
melakukan aktivitas konsumsi secara individual mutlak. Konsumsi pada umumnya
dilakukan karena kebutuhan manusia, baik primer maupun sekunder, namun
bagaimana jika konsumsi dilakukan karena keinginan, bahkan karena kepentingan
status sosial ?
Seorang post-ststrukturalis Perancis, Jean Baudrillard membahas isu ini
secara serius dan agak menggelitik dalam bukunya yang berjudul “La societe
de consummation”, pembacaan Baudrillard terhadap masyarakat konsumsi memang
agak rumit, karena konsumsi dalam pemikiran Baudrillard telah tercampur dengan
politik, dan ideologi.
Bagi Baudrillard, semua hal adalah aktivitas konsumsi, semua hal yang
dimaksud olehnya adalah gambar, tanda dan pesan, sehingga apapun yang
mengandung tiga hal tersebut adalah konsumsi. Konsumsi sendiri sebagai
aktivitas ekonomi mengalami dua kendala pada dua level, yang pertama adalah
analisis struktural dimana konsumsi dikekang oleh kendala pemaknaan. Kedua
adalah level analisis sosio-eko-politis, dimana sejumlah kendala produksi
berlangsung.
Wacana
Masyarakat Konsumsi
Walt Withman Rostow seorang ekonom modern menyatakan bahwa era modern
adalah era masyarakat konsumsi tingkat tinggi, hal ini adalah sebuah
keniscayaan dari lima tahap pembangunan ekonomi dunia yaitu tahap masyarakat
tradisional, tahap pra-lepas landas, tahap lepas landas, tahap kedewasaan, dan
pada akhirnya tahap masyarakat konsumsi tingkat tinggi.
Pembacaan terhadap masyarakat konsumsi tingkat tinggi dapat dilihat pada
tahap kedua, karena pada tahapan kedua, menurut Rostow, masyarakat dunia sedang
menerima doktrin masal mengenai polarisasi aktivitas ekonomi, pemahaman ekonomi
pada saat itu menekankan bahwa kegiatan ekonomi tidak hanya untuk kepentingan
pribadi, melainkan kepentingan generasi mendatang. Dengan demikiran, hal
tersebut menjadi ide awal hadirnya teori investasi dan tabungan, dengan adanya
investasi, adalah hal yang memungkinkan bagi masyarakat untuk mendapatkan uang
lebih guna melakukan investasi lebih.
Kecenderungan masyarakat untuk melakukan konsumsi tinggi, pada
gilirannya mendapat sebuah kerugian dari pihak produksi, kerugian-kerugian ini
terus dirasakan oleh konsumen hingga akhirnya pada tahun 1962, lahirlah sebuah
aliran konsumerisme yang ditandai dengan adanya sebuah pidato dari presiden
Amerika yakni J.F. Kennedy. Konsumerisme merupakan sebuah gerakan untuk
melindungi konsumen.
Pada beberapa dasawarsa lamanya, konsumerisme di era ini justru berubah
nada menjadi negatif, hal tersebut adalah akibat dari kapitalisme modern yang
memegang sistem ekonomi dunia, tentu saja perlu diakui bahwa kapitalisme modern
lahir dari masyarakat konsumsi tingkat tinggi, sebagaimana dinyatakan dalam logika
konsumsi Baudrillard yang menyatakan “produksi hadir atas konsumsi”. Maka
konsumsi pada taraf ini sudah berkaitan dengan sistem sosial yang pada akhirnya
menunjukkan diri dalam status sosial masyarakat.
Dengan logika konsumsi tersebut, maka perilaku konsumsi masyarakat di
era ini cenderung boros, suatu barang tidak dinilai berdasarkan kebutuhannya
melainkan keinginannya. Perilaku boros ini kemudian semakin berkecamuk di
masyarakat dengan tampilnya media sebagai alat kapitalis yang memuat
kepentingan dari segelintir orang yang memegang sistem ekonomi dunia.
Maka dua hal besar yang patut diperhatikan disini adalah, sistem
kapitalis dan masyarakat konsumsi, namun Baudrillard dalam bukunya La
Societe de Consommation cenderung lebih banyak menggambarkan konsumsi dan
status sosial, hal ini menurut penulis juga dilatar belakangi dengan corak
pemikiran Baudrillard yang postmodernis dan strukturalis.
Konsumsi dan
Status Sosial
Pemahaman yang sangat umum bagi kita jika mengatakan bahwa manusia
merupakan makhluk sosial, bukti empirisnya sudah dapat dipastikan sejak fase
kelahiran manusia sebagai seorang bayi. Pada saat bayi, manusia sudah langsung
membutuhkan pertolongan dari orang lain -yaitu ibunya- untuk dapat selamat saat
dilahirkan, setelah lahir, bayi juga membutuhkan susu dari sang ibu. Hal ini
membuktikan bahwa konsumsi sekaligus interaksi sosial adalah hal yang nature
bagi manusia. Dalam analogi tersebut juga dapat dipahami bahwa tujuan utama
konsumsi adalah memenuhi kebutuhan bukan untuk status sosial.
Menurutku, wacana mengenai konsumsi dan status sosial harus dikembalikan
kepada tataran ide atau pengetahuan, jika mengutip pendapat Murtadha Muthahari,
tindakan adalah hal yang lahir dari ideologi, ideologi lahir dari pandangan
dunia, dan pandangan dunia lahir dari pengetahuan, karena itu pengetahuan
seseorang akan mempengaruhi tindakannya.
Berdasarkan proposisi posibilitas pengetahuan tersebut, dalam konteks
konsumsi dan status sosial, Baudrillard -menurut George Ritzer- adalah seorang
ekonom postmodernis yang mencoba menggali hal itu dari dimensi yang paling
mengakar, dengan konstruksi ide semacam itu, menurutku, adalah hal yang menarik
untuk membaca ulang pemikirannya mengenai masyarakat konsumsi dalam karyanya
yang berjudul La societe de consummation.
Menurut Baudrillard, segala sesuatu adalah objek konsumsi, karena itu
konsumsi merupakan sebuah nilai bagi manusia. Konsumsi modern dibungkus dengan
busana “suasana”, sehingga memungkinkan pula untuk konsumen membeli produk yang
tidak dibutuhkan, keindahan kemasan adalah kunci keberuntungannya.
Kebutuhan, keinginan dan suasana telah tercampur, sehingga melahirkan
istilah baru yang disebut drugstore. Drugstore ini pada gilirannya tidak
hanya ada di mall-mall besar, melainkan berupa angkringan, dan lain-lain.
Keindahan suasana ini menurut Baudrillard dapat menjadikan seseorang pada
akhirnya akan membeli sesuatu yang sebenarnya tidak dibutuhkannya.
Selain suasana, konsumsi juga dikaitkan erat dengan media, media ini
kemudian akan mempengaruhi aspek psikologis seseorang untuk melakukan konsumsi
yang bahkan tidak ada nilai kebutuhannya, platformnya sangat beragam, mulai
dari platform yang khusus untuk melakukan aktivitas konsumsi seperti tokopedia,
shopee dan lain-lain sampai platform yang kegunaan hakikinya adalah untuk
interaksi sosial, seperti facebook, instagram dan lain-lain.
Platform tersebut menurut Baudrillard pada akhirnya telah tercampur
dengan kepentingan politik segelintir orang, sehingga efek yang dirasakan akan
sangat dahsyat, bahkan pada taraf tertentu mampu memberikan fantasi kepada
masyarakat. Dua hal ini, yakni suasana dan konsumsi, sasaran awalnya adalah
individu, karena memang ciri masyarakat konsumsi menurut Baudrillard adalah
individual.
Adanya pengaruh aspek politik dan psikologis tersebut, pada gilirannya
akan menghantarkan asumsi masyarakat kepada konsumsi praktis, yakni aktivitas
konsumsi berdasarkan rasa ingin tahu. Inilah hal yang juga menunjang bahwa
konsumsi dilakukan untuk menggapai status dan berakhir pada diferensiasi
sosial.
Konsumsi tingkat tinggi merupakan cita-cita masyarakat konsumsi, dalil
yang mereka gunakan adalah dalil kebahagiaan, padahal aktivitas konsumsi yang
dilakukan cenderung berdasarkan asas ignorance terhadap objek konsumsi
tersebut.
Kesimpulannya, konsumsi adalah nilai, konsumsi modern yang telah
tercampur aduk dengan politik dan ideologi pada akhirnya akan mempengaruhi
status sosial, seseorang tidak lagi akan dinilai sebagai orang miskin atau
orang kaya dari sisi lain selain sisi konsumsi, tidak peduli masyarakat desa
atau kota, karyawan atau pejabat, ia akan menjadi kaya jika melakukan aktivitas
konsumsi yang tinggi, dan akan dinilai miskin jika aktvitas ekonominya rendah. Era
modern merupakan era masyarakat konsumsi tingkat tinggi, karena itu aktivitas
konsumsi bergeser nilainya, bukan lagi sebagai pemenuhan kebutuhan, melainkan
sebagai gaya hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar