Selasa, 21 November 2023

Peach bulan November


 


Jalanan ramai, orang-orang duduk dan berdiri memegang gawai.

Aku sendiri, berpikir dan mencari, sedikit pahala untuk diberikan kepada bidadariku.

Bertemu ibu yang menggunakan gamis biru dan jilbab putih, mempersilahkanku masuk ke kerajaannya, memanduku agar tidak buta warna dan kelimpungan konsumerisme dalam ruang simulacra.

Aku terbang diatas angin yang mengendap dibawah sepatuku, masih mengenakan seragam.

Ibu-ibu tadi hampir putus asa memanduku, sebab tak kutemukan pahala yang ku cari.

Aku melepas kebergantungan diri pada ibu itu, terbang lagi mencari pahala, mengelilingi kerajaan, lama, hampir dua abad aku terbang, takut bahan bahan bakar ku habis, akhirnya aku menepi, mengisi bahan bakar, di pinggir kerajaan ada sebuah toko kelontong, segera aku isi.

Aku masuk lagi ke kerajaan, para jenderal kerajaan berteriak menyuruhku pulang, namun aku menolak, karena pahala belum aku temukan.

Tiba-tiba ada air mata jatuh dari langit menembus akal dan jiwaku, aku melihat pahala berwarna peach, aku menghampirinya dan berkata:

“Apakah kamu sedang sendiri ? bagaimana jika kamu temani bidadariku ? bisakah ? temani terus ya, walau suatu saat perpisahan melandaku dan bidadariku itu.”

Pahala itu tersenyum, memberikan ekspresi menunggu pesan selanjutnya yang ingin aku sampaikan:

“Jadilah temannya, buat dia senang, jika bidadariku senang, aku pun senang, namun tidak perlu sebaliknya, karena ini bukan kalkulasi.” Ucapku menambahkan.

Pahala itu mengangguk, aku membawanya ke ibu-ibu tadi yang sudah terlihat mengantuk, mungkin dia lelah. Aku segera membawa pahala itu keluar dari kerajaan, pergi meninggalkan kerajaan.

Diperjalanan, hujan turun, deras bahkan badai, hingga aku mengira akan terjadi banjir. Aku terus berjalan, selangkah demi selangkah, karena aku manusia, bukan kangguru atau kelinci yang berjalan langsung dengan kedua kakinya.

Esoknya, ku temui bidadariku, di perpustakaan, ia menggunakan batik. Wajahnya indah nan cantik. Aku berikan pahala peach itu.

Tersenyum dia, tertawa dia, dan memelukku dengan sangat erat sambil berkata:

“Terimakasih sayang, sehat-sehat untukmu, agar bisa selalu bersamaku”

Ini di bulan november, saat itu juga bulan November.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Goodbye Instagram: A Soul's Journey to Allah That Was Paused

    Aku sepenuhnya sudah meyakini kebenaran bahwa hakikat diriku adalah jiwaku. Jiwaku ini yang tidak sempurna berasal dari Allah. Ini ada...