Gemericik
panggilan dari sang angin terus menyebut-nyebut namaku siang ini, entah apa
yang dikatakannya, tidak begitu jelas.
“ halareges
raulek ada hisak ngay nimreceb anasid”
Begitu
kata angin, tidak jelas bukan ? memang angin sering begitu ! dasar angin kurang
ajar !.
Tapi aku
tetap keluar, karena memang jam mengajar sudah selesai. Ketika hendak
melangkah, memang ada perdebatan antara kaki kiri dan kanan ku,
“siapa
yang duluan ?” ucap pikiranku kepada para kaki
“ gua
saja” kata para kaki
“gua
saja, soalnya gua lebih kuat” kata kaki kanan
“iyadahhh,
gua ngalah, padahal nanti kalo ada yang nikahin, tapi nanti gantian gua ya kalo
ngelamar cewek ? yaudah dah, lu aja sekarang !” jawab kaki kanan.
Perdebatan
itu dimenangkan oleh kaki kanan. Kemudian aku segera melahkan keluar, perlahan,
mengatur ritme pernafasanku, agar oksigen dapat bercumbu terlebih dahulu dengan
paru-paru dan rambut-rambut hidungku.
Tampak kaca
sedang tersenyum malu,
“Anjirr,
kaca sialan, berani-beraninya berhadapan dengan sang gadis buah hati belahan
jantung !” kataku.
Tadinya
hendak aku memukul kaca itu, tapi kemudian gadis itu tersenyum,
“its
okeyyy, aku mengalah untuk hari ini, aku berdoa kepada Tuhan agar kaca itu
diberikan punishment akibat telah berkencan dengan gadisku.”
07.09.23
15.15
Tidak ada komentar:
Posting Komentar