Sabtu, 02 September 2023

Tentang Gadis Jawa

 

Sialan sekali angin itu, berani menyentuhnya kemudian pergi begitu saja. Apabila memang mempunyai keberanian, kenapa tak hadapi saja aku ? tapi memang nyatanya demikian, angin tidak memiliki cukup kemampuan bela diri dalam menghadapiku, bagaimana aku tidak marah, gadis Jawa yang aku sukai terhembus bulu matanya oleh angin yang kurang ajar itu.

Ini tentang gadis Jawa, seorang gadis yang tengah memberi energi positif pada kemajuan emosiku dalam menjadi seorang pemikir. Banyak gadis cantik nan jelita yang ku temui, tapi kebanyakan tidak memiliki efek apapun, tapi gadis ini berbeda, walaupun jarang berkomunikasi, memang aku diam-diam membawa namanya dalam sujud witirku.

‘Cantik itu relatif’, begitu kebanyakan orang menilai, baik pria maupun wanita agaknya dapat bersepakat mengenai anggapan tersebut. Begitu pula aku, aku tak menemukan sebuah pandangan seseorang yang mengatakan bahwa ‘cantik itu mutlak’, apabila demikian, mungkin banyak sudah manusia yang gagal move on dari mantan terkasihnya.

Sejak mengenalnya, aku berpikir bahwa aku harus lebih serius kembali dalam mempelajari ilmu pengetahuan yang aku tekuni. Itulah kira-kira energi positif yang aku rasakan, walau orientasi ku dalam menuntut ilmu pada hakikatnya adalah Allah, dan bukan gadis Jawa ini. Agaknya, Allah hendak membangun kembali emosi belajarku dengan mendatangkan gadis Jawa ini.

Sengaja memang aku coba berhenti untuk banyak menghubunginya, sebab aku tak ingin proses pembelajaranku terganggu, dan memang aku bukan tipe laki-laki semacam itu, sesekali menghubungi kemudian berjalan-jalan agaknya boleh-boleh saja untuk memfasilitasi sifat kemanusiaan ku yang dalam bahasa al-Qur’an disebut dengan sifat basyariah.

‘Santri yang menjadi mahasiswa’, begitulah kira-kira predikat yang dapat aku berikan kepadaku -dan mungkin juga kepadanya-, bukan dibalik menjadi mahasiswa yang menjadi santri, sebab akan merubah maknanya. Sejauh apapun dunia tongkrongan yang aku arungi, aku tetaplah santri.

Agaknya, berdoa merupakan salah satu fasilitas paling berkualitas yang di ajarkan oleh kiyaiku dalam menjalankan hidup. Oleh sebab itu, agaknya aku tak akan berhenti berdoa kepada Allah, agar suatu saat nanti, ibuku dan ibunya menjadi ibu kita.

Hallo, gadis Jawa, apabila kamu membaca artikel ini, bacalah dialog berikut:

R: Kamu suka Jakarta ?

S: Engga begitu

R: Aku Suka

S: Suka Jakarta ?

R: Kamu

Dan, yang terakhir, sepertinya sudah klise apabila saya mengatakan bahwa saya menyukaimu, saya hanya hendak mengatakan ‘Izinkan aku untuk mencium sebutir debu yang berada dibawah bibir merahmu’.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Goodbye Instagram: A Soul's Journey to Allah That Was Paused

    Aku sepenuhnya sudah meyakini kebenaran bahwa hakikat diriku adalah jiwaku. Jiwaku ini yang tidak sempurna berasal dari Allah. Ini ada...