Sialan sekali angin itu, berani menyentuhnya kemudian
pergi begitu saja. Apabila memang mempunyai keberanian, kenapa tak hadapi saja
aku ? tapi memang nyatanya demikian, angin tidak memiliki cukup kemampuan bela
diri dalam menghadapiku, bagaimana aku tidak marah, gadis Jawa yang aku sukai
terhembus bulu matanya oleh angin yang kurang ajar itu.
Ini tentang gadis Jawa, seorang gadis yang tengah memberi
energi positif pada kemajuan emosiku dalam menjadi seorang pemikir. Banyak
gadis cantik nan jelita yang ku temui, tapi kebanyakan tidak memiliki efek
apapun, tapi gadis ini berbeda, walaupun jarang berkomunikasi, memang aku
diam-diam membawa namanya dalam sujud witirku.
‘Cantik itu relatif’, begitu kebanyakan orang menilai, baik pria maupun wanita agaknya dapat
bersepakat mengenai anggapan tersebut. Begitu pula aku, aku tak menemukan sebuah
pandangan seseorang yang mengatakan bahwa ‘cantik itu mutlak’, apabila
demikian, mungkin banyak sudah manusia yang gagal move on dari mantan
terkasihnya.
Sejak mengenalnya, aku berpikir bahwa aku harus lebih
serius kembali dalam mempelajari ilmu pengetahuan yang aku tekuni. Itulah
kira-kira energi positif yang aku rasakan, walau orientasi ku dalam menuntut ilmu
pada hakikatnya adalah Allah, dan bukan gadis Jawa ini. Agaknya, Allah hendak
membangun kembali emosi belajarku dengan mendatangkan gadis Jawa ini.
Sengaja memang aku coba berhenti untuk banyak
menghubunginya, sebab aku tak ingin proses pembelajaranku terganggu, dan memang
aku bukan tipe laki-laki semacam itu, sesekali menghubungi kemudian
berjalan-jalan agaknya boleh-boleh saja untuk memfasilitasi sifat kemanusiaan
ku yang dalam bahasa al-Qur’an disebut dengan sifat basyariah.
‘Santri yang menjadi mahasiswa’, begitulah kira-kira predikat yang dapat aku berikan
kepadaku -dan mungkin juga kepadanya-, bukan dibalik menjadi mahasiswa yang
menjadi santri, sebab akan merubah maknanya. Sejauh apapun dunia
tongkrongan yang aku arungi, aku tetaplah santri.
Agaknya, berdoa merupakan salah satu fasilitas paling
berkualitas yang di ajarkan oleh kiyaiku dalam menjalankan hidup. Oleh sebab
itu, agaknya aku tak akan berhenti berdoa kepada Allah, agar suatu saat nanti,
ibuku dan ibunya menjadi ibu kita.
Hallo, gadis Jawa, apabila kamu membaca artikel ini,
bacalah dialog berikut:
R: Kamu suka Jakarta ?
S: Engga begitu
R: Aku Suka
S: Suka Jakarta ?
R: Kamu
Dan, yang terakhir, sepertinya sudah klise apabila
saya mengatakan bahwa saya menyukaimu, saya hanya hendak mengatakan ‘Izinkan
aku untuk mencium sebutir debu yang berada dibawah bibir merahmu’.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar