Senyuman Ritmis
Duhai Merona
Mata itu, hingga saya agak malu untuk menyapa ! akankah saya harus membaca
surat yusuf terlebih dahulu ? tidak tidak, bukan untuk tujuan seperti itu surat
al-Qur’an dibacakan !, halahh bacakan sajalah, lagi pula saya tidak boleh
tinggal diam melihat bedak dan lipstik yang bernyali itu menyentuh wajah anda.
Lihat !
sekarang lebih menjengkelkan lagi saat debu-debu itu dengan bebas menyentuh
bibir anda, mereka beralasan bahwa angin yang membawanya, tetapi untunglah anda
segera menghapusnya, saya yakin, anda bukanlah wanita yang datang memberi
senyuman lalu pergi meninggalkan bayang, istirahatlah, keringat itu mulai
membuat saya emosi.
Apakah anda
tidak mendengar bahwa angin itu sedang membuat saya panas ? dia dengan seenak
jidat menyentuh anda dari tadi ! hingga anda melepas senyuman itu, sebuah
senyuman yang berada diantara dua tawa.
Tapi sungguh
aneh, mengapa anda mengeluarkan air mata ? mungkinkah semalam lantunan petir
membuat anda takut ? segera beri tahu saya, saya akan memberi pelajaran rumah
kepada para petir itu, tak peduli seberapa terang cahayanya, karena cahaya itu
sudah tergradasi, jadi saya akan baik-baik saja.
Anda harus
segera menutupi tubuh anda, karena apabila dibuka, jangankan saya, alam pun akan
bernafsu ! Tapi, sungguh saya sangat cemburu kepada pakaian itu !
Dasar bodoh
! saya tentunya tidak akan lagi memasukkan opsi wanita yang belum pernah hidup
sebagai santri, saya sangat mencintai seorang santriawati ! iya, itu adalah
anda ! tapi jangan tunggu saya, karena baik anda maupun saya, adalah makhluk
fana yang tidak mengetahui dimensi waktu !
Maaf
mengganggu, segeralah beristirahat, saya akan selalu berada di ujung kaki anda
yang penuh dengan kehangatan itu, sampai jumpa lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar