Selasa, 13 April 2021

Sepenggal Kenangan dengan Abuya Uci Turtusi

 


Sepenggal Kenangan dengan

Abuya Uci Turtusi bin Abuya Dimyathi Cilongok

 Saya emang bukan santrinya, tapi saya menganggap bahwa abuya adalah guru saya, dan saya berharap dianggap muridnya nanti di akhirat. Pertama saya mengenal abuya melalui rekaman yang dkirim oleh teman saya saat di pesantren judulnya Ciri Toriqoh di sekitar tahun 2017. Saya belum memiliki ketertarikan tadinya karena saat itu saya masih sangat awam dalam teori-teori keislaman.

 Seorang ulama yang sangat intelektual menguasai 12 pan ilmu yang di wajibkan oleh islam, cirinya adalah penjelasan-penjelasan abuya saat mengaji kitab tafsir jalalain yang sangat luar biasa, kata demi kata yang keluar dari mulut abuya sangat menyentuh hati dan sangat merubah pola pikir saya terhadap dunia Pendidikan atau dunia akademis, melalui abuya uci saya meyakini bahwa setiap dakwah yang disampaikan hanya akan bisa diterima jika seseorang memiliki pengetahuan yang luas dan hati yang bersih dan ikhlas.

 Saya aktif dikajian-kajian keislaman dan filsafat, menurut saya materi yang disampaikan itu akan ditangkap melalui 2 hal yakni pikiran dan hati, secara sederhana sesuatu yang disampaikan melalui pikiran maka akan diterima oleh pikiran da sesuatu yang disampaikan melalui hati akan diterima melalui hati, hal ini dapat kita buktikan, misal Ketika kita belajar filsafat barat maka rasio kita akan kuat seperti teori skeptis yang diajarkan oleh Descartes seorang filsuf barat dalam bukunya diskursus & metode, dan Ketika belajar ilmu keislaman maka hati kita akan kuat seperti teori-teori tasawuf dalam kitab nasoihul ibad yang diajarkan oleh Syekh Nawawi Al-Bantani.

 SIngkat cerita, pada tahun 2020 saya diirodahkan oleh Allah untuk pasaran ( semacam ngaji mengejar coretan dan pemahaman secara cepat ) di Maok Kab. Tangerang, dan saat disana ternyata pengajian abuya tidak jauh darisana sekitar 30 menit menggunakan motor, saya dipertemukan dengan seorang santri disana bernama Abi, Abi adalah santri yang seringkali ikut mengaji ditempat abuya uci di Cilongok.

 Pengajian dilaksanakan di hari minggu, emang udah rutin hari minggu ngajinya, jadi di sabtu malem minggunya saya ga bisa tidur karena pengen cepet ketemu abuya, akhirnya begadang sampe shubuh, tapi di jam 5.45 udah ngantuk berat, akhirya saya ke musholla terdekat berniat untuk memejamkan mata barang hanya 10 menit, tapi ternyata saat tiba di musholla entah kenapa sangat banyak sekali nyamuk hingga soffel pun tidak sanggup menahannya, ” saya heran, kenapa bisa banyak nyamuk banget ini, soffel juga ga bisa nahan ”

 Akhirnya jam 06.30 Abi dateng, terus saya langsung diajak berangkat, padahal belum mandi itu mata juga merah karena nahan ngantuk dan ga bisa tidur, tanpa banyak berpikir saya cuci muka dan langsung berangkat ke tempat pengajian sekitar 30 menit saya sampai jam 07.00, ternyata jamaah sudah ramai memenuhi majlis taklim tempat abuya ngaji, akhirnya Abi mengajak saya untuk duduk di majlis lantai 2.

 Sembari menunggu abuya dating ke majlis, selayaknya seorang santri yang selalu mengindahkan segala kesederhanaan, saya beli kopi hitam dan rokok cengkeh “ asli lur enak jasa ini rokoknya “. Sembari menikmati kopi dan rokok saya memandangi banyak sekali orang sholeh yang dating ditempat ini, mengingat diri yang banyak dosa saya merasa sangat bersyukur telah diirodahkan oleh Allah untuk duduk di majlis taklim yang barokah ini.

 Suasana pagi yang gersang karena badan saya panas, tetapi seketika menjadi sejuk ternyata abuya sudah masuk ke majlis taklim, suasana menjadi sejuk, tentram, dan dari kejauhan saya masih terkesima Ketika melihat abuya, saya berkata “ Ya Allah biasanya saya hanya melihat wajah dan mendengar suara abuya di Instagram atau Youtube saja, hari ini sungguh sangat indah irodahmu saya bisa bertemu langsung dengan abuya, alhamdulilah “

 Hampir saat itu pun saya seperti bertemu kekasih, mungkin pembaca adalah seseorang yang memiliki kekasih, bagaimana Ketika kekasih bertemu sudah tak terdengar suaranya dan tak tertangkap apapun yang dikeluarkan dari mulutnya karena saking terkesimanya, begitupun saya, Ketika ngaji sangat-sangat terkesima dan senang sekali hati.

 Saat itu yang dikaji adalah kitab tafsir jalalain surat at-taubah 2 ayat terakhir dan satu kitab lagi yang saya tidak tahu apa kitabnya tetapi pembahasannya adalah tentang tipe makanan darat dan laut, saya seringsekali melihat abuya di youtube bahwa abuya Ketika ada orang yang bersalaman tangannya sering dibiarkan dicium dan kadang ditarik, saya tidak tahu makna dari kedua tipe salaman itu apa.

 Pengajian berlangsung 2 jam dimulai dengan pembacaan sholawat Ibrohimiyah, dan tibalah saat untuk semua jamaah bersalaman dengan abuya, saya berlari dari atas ke bawah untuk bersalaman dengan abuya, namun kepadatan jamaah dibawah membuat saya harus mengantri untuk bersalaman, Ketika terus mengantri, karena dibuat dua baris, saya dibaris kanan dari abuya dan ada 2 orang didepan saya, saya terus menundukkan kepala saya sebelum cium tangan abuya, dan tibalah saat saya menyium tangan abuya, sebelum melangkah saya sedikit melirik abuya ternyata abuya tersenyum dan mempersilahkan saya untuk menyium tangannya tanpa ditarik, hingga bibir saya menyentuh tangan mulia abuya Uci Turtusi.

 Walau sekarang abuya sudah meninggalkan kita, sampai saat ini rekaman ngaji abuya masih saya dengarkan, ya allah sudah banyak ulama, kiyai, habaib yang meninggalkan kami umat muslim, ditengah zaman yang sangat memalukan ini, semoga saya diberikan semangat belajar, ibadah, diberikan sabar dalam maksiat, ibadah, dan belajar. AamiinY a Allah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Goodbye Instagram: A Soul's Journey to Allah That Was Paused

    Aku sepenuhnya sudah meyakini kebenaran bahwa hakikat diriku adalah jiwaku. Jiwaku ini yang tidak sempurna berasal dari Allah. Ini ada...