Selasa, 20 Juli 2021

Manajemen nDa Wah

 

Manajemen nDa Wah 

      Oleh : Ramdhani Cartes

        Sudah lama rasanya tidak menulis, dan tidak membuat berisik. saya doakan semoga setiap pembaca diberikan sehat jasmani dan ruhani, terutama pada hari-hari ini, dimana kita sulit membedakan antara konspirasi dan kopi, tongkrongan dan istana kepresidenan -seakan dua ini sama, hanya yang satu selalu berisik namun tak pernah didengar-, kita juga sulit membedakan antara mahasiswa dan rokok sampoerna.

           Dengan tidak terlalu bertele-tele dalam pengantar, saya akan menulis mengenai “ Manajemen nDa Wah “ ya, tentunya dari sudut pandang mahasiswa Manajemen Dakwah, banyak sekali keunikan dan kebisingan yang ada jurusan ini, dimulai dari 100,01 % mahasiswa nya salah jurusan sampai pada pengkaderan konsentrasi.

      Tulisan ini ditulis oleh saya sebagai mahasiswa manajemen dakwah untuk mengkritik mahasiswa manajemen dakwah, jadi tidak saya tujukan untuk selain mahasiswa, jadi kalaupun ada yang tidak berkenan, atau tidak sependapat, silahkan saja, toh kita kaum intelektual sudah terbiasa dengan perbedaan pendapat.

                Ada beberapa point yang ingin saya tulis, tentunya point ini adalah point yang menggelitik pikiran saya, dan karena tidak ada wadah untuk menuangkan pikiran tersebut, akhirnya saya memilih mengungkapkannya dalam bentuk tulisan, lho kan ada hmps, ada KOPI MD ? ssstttt biarlah mereka bising dengan politik dalam diskusinya.

                Pertama, fenomena diskusi, apa itu manajemen dakwah ? sebuah jurusan ? bidang keilmuan ? atau hanya istilah ? jika anda tanyakan hal ini kepada mahasiswa MD yang sedang presentasi, maka anda akan mendapatkan jawaban “ baik, karena bidang keilmuan kami masih terbatas, maka kami serahkan kepada bapak/ibu dosen ” ya itulah jawabannya.

            Ya, itu jawabannya, jawaban yang sangat spektakuler…. Karena kebiasaan presentasi seperti inilah, jurusan ini -terutama mahasiswanya- saya pikir tidak berani melakukan ekspansi pengetahuan, hingga saat inipun ketika kita bertanya perihal definisi antara kata manajemen dan dakwah, jawaban yang diajukan selalu jawaban lughowi atau etimologi, yaaa sedikit ditambah istilah dan argument para ahli.

        Saya sangat maklum, jika kondisi ini terjadi pada mahasiswa baru di manajemen dakwah, karena pola pikir bawaan dari SMA -atau sederajat- adalah hafalan, tapi jika kondisi tersebut terjadi pada mahasiswa semester 6 -misalnya- sangatlah tidak wajar. Problemnya adalah, menurut saya pertama salah jurusan, kedua, males baca buku, ketiga malas diskusi.

       Sekarang ini, kita selalu nyaman dengan pemikiran akhirnya kita tak pernah menghasilkan pikiran, dan jika ditanya ” bagaimana cara menghasilkan pikiran ? ” jawabannya ialah ‘ pahami pemikiran ‘, karena pikiran ialah sesuatu yang kita hasilkan sendiri melalui pemahaman pemikiran, karena bagaimana mungkin kita akan membuahkan pikiran jika tak ada pemikiran dalam dimensi pengetahuan kita.

        Yang bikin saya betah di Ciputat itu 2, Peradaban intelektual dan UIN Jakarta, kalo ga ada peradaban intelektual mungkin ga ada UIN, udah pasti ciputat ga terkenal, namun, hari ini itu hanya legenda yang digunakan oleh para aktivis untuk menggait mahasiswa baru sebagai kadernya. Lho kok pas masuk ke MD gaya presentasinya begini ya ? apanya yang peradaban intelektual kalo gini, presentasi baca makalah, terlalu banyak nanya dilarang, gimana sih ?

        Kedua, kosentrasi, ada percakapan menarik antara mahasiswa dan mahasiswi manajemen dakwah semester 4, ” mau ngambil konsentrasi apa cuy ? “ temannya menjawab ‘ … lah, lu ga dengerin apa yang dikasih tahu bu ……. Sama pak …….. peluang kerjanya terjamin ‘ hal lucu dalam percakapan itu adalah yang memberi jawaban tidak tahu ada 2 konsentrasi lainnya yang juga sama-sama memiliki prospek kerja yang jelas.

           Hal seperti ini, menurut saya seperti seorang atheis yang sedang memilih agama yang cocok untuk dirinya, dan yang memberi jawaban adalah orang yang hanya memaham 1 agama saja -agama apapun itu- sehingga, seorang atheis tersebut akan cepat berkesimpulan bahwa agama tersebutlah yang sangat berpotensi masuk surga.

      Maka, hemat saya, sebaiknya jika anda akan memilih konsentrasi, cobalah untuk tidak mempertanyakan 1 konsentrasi saja, tapi coba pertanyakan ketiga konsentrasi yang ada, hingga pada akhirnya, anda tidak hanya akan menjadi seorang pegawai saja, tapi anda mampu mengembangkan keilmuan anda di jurusan manajemen dakwah.

              ” Jangan melihat cinta atas paduan huruf diatas kertas “, kira-kira kalo dibikin tulisan seperti itu, jadi kalo seperti itu, kita tidak akan menemui status ontologis disetiap konsentrasi yang ada di jurusan ini.

 

 

 

                Mungkin itu dulu aja tulisan saya, besok-besok saya bikin tulisan lagi namun lebih tertuju pada satu konsentrasi yang saya geluti di manajemen dakwah, terutama saya akan menulis isu-isu kontemporernya, terakhir, saya ingin bilang, jurusan ini sebetulnya potensial untuk dikaji baik secara agama maupun filosofis, namun, semuanya kembali ke kita sebagai mahasiswa, perubahan tidak hanya sesuatu yang berbau politis, seperti perubahan Ruu KUHP atau lainnya, tidak hanya itu, ilmu politik itu mungkin aja ga ada kalo ga ada sosiologi, maka, ayo kita mulai dengan sesuatu yang dekat dengan kita, sebuah bidang ilmu teoritis dan praktis, yang kesemuanya memiliki konsentrasi jelas, yakni Manajemen Lembaga Keuangan Syariah, Manajemen Haji Umroh, dan Manajemen Zakat Infaq Shadaqah Wakaf.

               

Goodbye Instagram: A Soul's Journey to Allah That Was Paused

    Aku sepenuhnya sudah meyakini kebenaran bahwa hakikat diriku adalah jiwaku. Jiwaku ini yang tidak sempurna berasal dari Allah. Ini ada...